REVIEW : 308


136913311713551_300x430Cast : Shandy Aulia, Denny Sumargo, Yafi Tesa Zahara, Gilang Dirga, Kartika Putri, Sylvia Fully, Ki Kusumo, Kimberly Ryder, Marcell Domits.

Director : Jose Poernomo.

Genre : Horror.

Running time : 100 minutes.

Rate Description  :

O: Rubbish / 1: Dissapointing /  2: Ordinary / 3: Good /  4: Very Good / 5: Outstanding!

15

Lagi dan lagi, Jose Poernomo mengangkat urband legend sebagai ‘jualan’ film terbarunya berjudul 308. Jika melirik Rumah Kentang dan KM 97 yang lumayan sukses mengumpulkan banyak penonton maka tidak mengherankan kalau nantinya akan muncul banyak film urband legend lainnya dari sutradara pembesut  Jelangkung ini. Sudah melekat dengan predikat sutradara spesialis urband legend, kali ini Jose Poernomo mengangkat mitos yang beredar di masyarakat tentang Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul. Film yang berjudul awal Samudera Hotel ini secara tiba-tiba mengalami pergantian judul menjadi 308 atau yang lebih konyolnya seperti yang banyak disebutkan orang-orang Samudera Hotel Ganti Judul 308 dengan alasan menuai protes dari beberapa pihak atas penggunaan nama hotel. Siapa kira-kira yang melayangkan protes? Ah, tidak begitu penting. Yang terpenting berhasilkan Jose dengan filmnya kali ini? Atau hanya akan mengulang apa yang sudah ada sebelumnya?

308cNaya (Shandy Aulia) baru saja lulus kuliah dan tengah mencari pekerjaan untuk menghidupi adiknya, Aira (Yafi Tesa Zahara) dikarenakan orang tua yang telah tiada. Dalam masa sulit mencari pekerjaan Caca (Kimberly Ryder), teman SMA Naya dan suaminya, Harlan (Marcell Domits) datang dan menawarkan sebuah pekerjaan untuk Naya di sebuah yang letaknya cukup jauh dari rumahnya bernama Samudera Hotel. Tanpa banyak kendala, Naya langsung dipercaya bekerja di hotel tersebut dengan pimpinan Sena (Denny Sumargo). Sena kemudian memperingatkan Naya untuk tidak berurusan dengan kamar 308. Awalnya Naya tidak menyimpan curiga sama sekali tentang misteri kamar 308 sampai pada akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk dan menemukan keganjilan demi keganjilan, membuatnya harus menyelesaikan segala sesuatu yang baru saja dimulainya.

Dari awal saya sudah berniat untuk tidak menaruh ekspektasi apapun untuk film ini. Ya, urband legend lagi, Shandy Aulia lagi. Belum lagi kisruh penggantian judul yang semula Samudera Hotel menjadi 308. Rupanya kesalahan yang sebelumnya hadir dalam Rumah Kentang dan KM 97 kembali terulang. Dengan naskah yang payah, film berjalan sempoyongan dan tidak jelas arahnya. Beberapa dialog dalam 308 memang sangat bodoh dan sulit diterima akal sehat. Meskipun begitu usaha sang penulis naskah yang berusaha menghadirkan twist patut kita hargai meskipun pada akhirnya gagal. Untuk menciptakan ketegangan, musik yang teramat bising masih dipercaya ampuh. Bukannya tegang penonton malah cenderung kaget karena kemunculannya yang seringkali tiba-tiba dengan volume yang luar biasa besar. Jelas bukan poin yang baik.

206284_adegan-film-308-karya-sutradara-jose-purnomo_663_382Berbicara soal castnya saya hanya bisa bilang, Shandy Aulia totally gorgeous dalam film ini meski make-up tebal yang selalu menemaninya di setiap scene agak terasa berlebihan. Masih dengan outfit yang bagus, baju tidur yang cantik mendukung penampilannya setiap kali muncul. Hal ini tentu membuat film terasa kurang believable karena apa yang telihat sangat kontras dengan apa yang terjadi, Naya diceritakan sangat miskin dengan eksplorasi adegan yang berlebihan diawal film (you know what I mean). Namun secara keseluruhan Shandy Aulia bermain lebih baik dari film sebelumnya. Denny Sumargo berkali-kali menggunakan kata saya dan aku yang jelas cukup mengganggu. Gilang Dirga yang berusaha tampil komikal harus saya akui tidak ‘bekerja’ sama sekali dalam film ini.  Cukup menyenangkan melihat Yafi Tesa Zahara bermain cemerlang memerankan Aira, adik Naya. Kartika Putri dan Silvya Fully bolehlah diapresiasi karena cukup pas dalam memerankan karakter masing-masing namun tentu tidak untuk Ki Kusumo. Kenapa ia mesti hadir dalam film? Apakah untuk mengisi peran-peran sejenis, nama dialah yang dianggap ‘paling pas’ untuk memerankannya? Oh, please..

Jika ada yang harus dipuji dari film ini jelas sinematografinya. Tidak mengherankan karena Jose Poernomo memang selalu menang dalam hal ini. Gambar gambar dari berbagai angle cantik seperti sebelumnya masih mampu ia suguhkan terkecuali visualisasi adegan bawah laut yang bukannya membuat penonton tegang melainkan tertawa karena saking buruknya. Berbicara soal prediksi, entah mengapa saya merasa 308 masih akan menuai sukses. Ya, paling tidak 150 ribu penonton akan dengan mudah diraih. Jika hal tersebut terjadi tentu akan terus memuluskan jalan Jose untuk kembali mengangkat tema sejenis. Semoga saja ia akan lebih aware terhadap eksekusi naskah karena sesungguhnya naskahlah yang film-film horornya tidak mampu diselamatkan.